Wednesday, February 27, 2013
KISAH BAPAK TUA PENJUAL AMPLOP (walaupun taktahu apa itu amplop)
Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.
Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.
Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.
Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.
Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu. Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.
Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di fesbuk yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap….”.
Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.
Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.
Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.
Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.
~ Oleh : Rinaldi Munir - Bandung ~
-----
Semoga Bermanfaat dan Dapat Diambil Ilmu & Hikmahnya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat KHUSUS MUSLIMAH note ini bermanfaat ....
Tuesday, February 26, 2013
Putrajaya
Putrajaya
Ahad. 24 Februari 2013.
Saja. Tiap2 minggu kalau sabtu mama ngan Safiyyah tak
kemana-mana, tiba hari ahad tu mama akan buat buat tanya Safiyyah, “piyah, hari
ni kita nak jalan jalan kat mana? Kita nak exercise kat mana?”...
hehehe..taktik. taktik. Nak berjalan punya pasal. Sebab kalau ajak pergi
shopping mall, nanti dia tanya, nak beli apa? Huh! Baik aku kata, nak pegi
jalan jalan kat tasik ke, taman ke, leh exercise.. (padahal)..tapi betul la
juga. Boleh exercise. Jalan jalan keluarkan peluh sambil dukung cikpiyah. Dia pun
boleh membuatkan kelenjar peluh kita bekerja..
So, berbalik kpd cerita ahad. Aku memang malas nak fikir,
kalau aku fikir, bagi idea tempat tempat aku cadangkan semua kene bangkang. So aku
biar je dia fikir. Masa tgh masak tghari, dia kata, “Jom pegi putrajaya nak? Nanti
leh jalan jalan kat taman kat sana. Boleh jumpa mat sekali.” Mat tu kawan
skolah satu kampung dia..aku pun apelagi. Ok kan ajela. Dari takde gi mana
mana, boleh lah situ pun..lagipun putrajaya kan banyak taman taman leh gi
jalan..katanyaalaaahhh..
Lepas solat zohor, kitorang pun berangkatlah. Cikmat bawak
kereta. Aku dok belakang main henpon tgk instagram senyap senyap (dia pantang tgk
aku pegang henpon lama lama) sambil pegang cikpiyah. Sampai sampai putrajaya tu kitorang tunggu
kawan dia tu ya ampun lamanyaaaaaaa..dekat sejam lebih. Ntah ntah dua jam apa..yela tak pakai jam lama
dah...nak gi mana mana taman pun panas terik lagi, masa tu baru pukul 4 kot
lebih kurang lah. member tu dah badmood badmood dalam diam. Aku malas nak
layan. Sebab kalau aku tanya dia marah aku. Dia suka cemarkan suasana baik
dengan mood yang tidak nyaman begitulah. Boring. Cikpiyah pun dah bising bising
dalam kereta, agaknya sebab kereta tak bergerak. Dia jadi bosan. Tu yang jadi
sekejap ke belakang, sekejap ke depan. Bapak dia tu yg jadi badmood tu sbnarnye
kesian kat anak. Jadinya aku amik cikpiyah, bawak pegi depan, (masa ni dah
tukar driver. Aku lak drive) kami ape lagi. Camwhoring la. Itu keje aku ngan
cikpiyah. Hahaha. Macam hobi pula.
Last last kami ke taman warisan ke ape tah namanya, utk
makan makan. Kawannya tu kata, rumah mereka di putrajaya tu dah 2 bulan tak
disinggahi. Entahkan bersawang berabuk mereka belum sempat cek. Kami ketawa
saja. Rumah best best kat putrajaya boleh plak taknak duduk. Haha.
Hujan lebat pulak turun masa kami makan makan. “Dah takleh
nk exercise...” kata cikpiyah. (tipu je) ... masa nak berpisah mat dengan mat
ni..cikmat tanya aku, nak balik ke? Aku jawablah, hmmm, taknak balik lagi. Rasa
nak jalan jalan lagi..tapi taktau nk pegi mana hujan hujan camni. Masa tu dah
pukul 6. Hujan beru berhenti. Gerimis mengundang. Cikmat kata, “ok mama bawak.” Aku pun ok jela, sebab aku
pun sebenarnya takde arah tujuan. Kalau aku takde arah, aku akan jalan ikut
signbod atau ikut suka. Kalau cikmat taktau arah dia akan angin satu badan,
pantang salah jalan, angin boleh buat hilang segala mood baik. Haaaaa..baik aku
yg bawak. Sesat pun diam diam je.
Tiba tiba termasuk jalan nak ke masjid besi. Yang jadi ingat
tu sebab penah datang sini satu ketika dulu utk photoshoot hari raya. Cikmat kata,
ok jomlah kita pegi masjid besi. Tu yang jadi bergambar tak lah sakan sangat
ngn cikpiyah, ngn bapak dia. Bapak dia yg lebih sebenarnye. Anak tu dah
mengantuk dah tertido2 dah..
Lepas masjid besi kami ke masjid putra pulak semayang
maghrib kat sana. Kat masjid putra lagi ketat polisi dia. Sape wanita2 yg pakai
baju seluar ketat atau tak tutup punggung, kene pakai jubah nak masuk. Haaa mujur
aku lepas piawaian.
Lepas tu. Apa lagi. Baliklah. Bai... ~~
camwhoring sampai cikpiyah bosan.
bapak pegang.
ibu pegang. anak mereka jeles sebenarnya. haha.
cikpiyah tak tutup aurat masuk masjid.
masjid putra, putrajaya.
ngan bapak.
ngan mak bapak. tapi tido tu. biasalah mak bapak yang over. tu kan biasa..
masjid putra sebelum azan.
Thursday, February 21, 2013
Sleeping baby
Assalamualaikum baby mama.
Kenapa mama ckp baby mama je? Sebab nanti cikpiyah besar,
cikpiyah boleh baca. Ni bukan diari. Kalau diari mama takleh bagi baca. Hahaha k
dah merepek.
Aku nak cerita, gaya cikpiyah tido..
Aku taruk beberapa je gambar cikpiyah tido. Tido buas. Sama macam
mama. Tapi sebenarnya aku tak sedar pun kalau kalau aku tido tegak ke, bengkok
badan cenggini ke..tapi yang pastinya aku akan tersedar kalau aku dah tersiku
cikpiyah ke, tertumbuk muka dia time tido ke..hahaha..selalunya dia tak nangis
sbb dia pun tak sedar sedar..Cuma dia bergerak sedikit dan buat bunyi sikit
pastu tido balik. Hahaha. Lawak kadang2. Sorry syg. Hahahaha.
P/S: gambar last tu aku yang buat dia peluk bantal. bagi dia diam sket time tido.
Okla. Tu je. Malas nak taip panjang panjang.
Bai.
Labels:
babypiyah,
cikpiyah,
sleepingbaby
Wednesday, February 20, 2013
RINDU BERTAMU DI HATI MAMA
Hai momey momey!
Ape tu? Cane nak sebut tu? Entry post ni takde ape ape
cerita. Cuma gambar cikpiyah saja untuk tenangkan akal dan minda. Nak pegi pam
kejap lagi. Si comel mama ni sentiasa buat mama rindu. Heh. Poyo lagi ayat
ko.
Walaupun malam malam cikpiyah selalu buat mama geram sebab
dia suka tonyoh muka dengan tangan, tak tau gatal tang mana. As usual la,
diluar kesedaran dia. Kadang kadang sampai kena kejut. “Safiyyah!! Bangun! Bukak
mata! Takmau tido macam tu!” dengan nada garang sedikit lah. Magicnya dia akan
bukak mata. Bulat bulat. Besar besar. Hmmm..kan dah kata. Diluar sedar.. kbai.
Doa dan zikir untuk membanyakkan susu badan
Susu ibu merupakan susu yang
terbaik untuk anak kita nanti. Betapa nikmatnya apabila seorang ibu mampu
menyusukan anaknya sehingga umur 2 tahun. Selain daripada berusaha dengan
mencari supplement untuk menambahkan susu badan. Kita juga perlu mengingati Maha
Pencipta iaitu Allah S.W.T. Sentiasa memohon doa daripada-NYA agar kita mampu
untuk memberi susu kepada anak kita kelak. Berdasarkan ayat al-quran ini “Para
ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, iaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan itu” – surah Al-Baqarah, ayat 233. Justeru
itu, telah tersurat di dalam al-quran sendiri ada menyatakan bahawa susuilah
anak kita sehingga berusia 2 tahun. Setiap kejadian yang dicipta oleh Allah
S.W.T pasti ada hikmah yang tersembunyi.
“Ya ALLAH, permudahkanlah segala urusan kehidupanku, banyakkanlah susuku untuk bayiku, dan permudahkanlah perjalananku untuk menyusukan anakku agar menuruti segala yang telah Engkau syariatkan.. Amin."
2. Surah al-Hujurat dan Surah al-Kautsar juga baik diamalkan bermula sejak mengandung
lagi. Niatkan dalam hati semoga ALLAH swt murahkan rezeki kita, anak kita
dan banyakkan susu kita. Bagaimana pun jangan kita lupa juga bahawa
rezeki itu semuanya datang dari Allah. Sebaiknya dibaca dan difahamkan juga tafsiran ayatnya.
3. Juga amalkan doa ini.
"Ya Allah seberapa banyak susu
yang aku peroleh hari ini, penuhilah dengan rahmatMu dan keberkatan di sisiMu.
Semoga dengan keberkatanMu, susu
yang sedikit menjadi banyak dan kenyang buat anakku. Amin.
4. Amalkanlah berzikir dgn kalimah YA MATIN (Maha
Sempurna KekuatanNya) 70 kali setiap hari. Waktu yg paling bagus adalah pada
waktu malam dan subuh. Kita juga boleh bacakan zikir tersebut dan hembuskan ke
dalam segelas air lalu diminum. Yakinlah.Insya ALLAH susu badan kita akan bertambah jika kita istiqamah dgn amalan yg tersebut di atas.
Amalkan
juga ambil wudhu dan maafkan setiap orang sebelum kita tidur supaya hati
sentiasa tenang dan menyebabkan susu lebih mudah untuk mengalir keluar.
Perasaan ibu turut mempengaruhi elemen pada bayi tau. Jika menyusu dalam
keadaan marah, bayi pun akan menjadi cepat marah. Jadi sentiasalah tenangkan
diri dan berfikiran positif supaya elemen-elemen positif dapat dialirkan pada
bayi.
Seorang
ulama’ juga pernah berkata, air susu ibu akan mempengaruhi rohani si anak. Ia
akan menimbulkan kesan psikologi yang positif dan membentuk peribadi yang kuat
di masa dewasanya nanti. Ya Allah, mudah-mudahan anak2ku menjadi anak yang
solehah serta mendengar kata.
TERJEMAHAN:
Dan (ingatlah) ketika Nabi Musa memohon
supaya diberi air untuk kaumnya, maka Kami berfirman: "Pukullah batu itu
dengan tongkatmu", (ia pun memukulnya), lalu terpancutlah dari batu itu
dua belas mata air sesungguhnya tiap-tiap satu puak (di antara mereka) telah
mengetahui tempat minumnya masing-masing. (Dan Kami berfirman): "Makanlah
dan minumlah kamu dari rezeki Allah itu, dan janganlah kamu merebakkan bencana
kerosakan di muka bumi".
Sumber:
Labels:
amalan,
breastfeeding,
susuibu
Subscribe to:
Posts (Atom)